Pentingnya Literasi Media untuk Privasi Digital

Juni 5, 2022, oleh: superadmin

Pakar Humas Tri Hastuti Nur Rochimah, S.Sos, M.Si menanggapi fenomena viral mahasiswa UNISA di Tiktok, Kamis (22/6/22). Mengapa? Tradisi skipping konten sangat marak di Indonesia. Akibatnya, Indonesia berada di ujung bawah tingkat literasi di dunia.

Tri menyampaikan pandangannya pada Jumat (4/6/22) via daring. “Kita perlu meningkatkan kemampuan literasi kita, termasuk privasi dan etika di media sosial, kemudian terlibat dalam kegiatan literasi aktif untuk mengenali keragaman Indonesia,” pungkasnya.

Dosen Komunikasi UMY ini mengungkapkan masih banyak orang yang belum tahu bagaimana cara mengontrol ekspresi diri dan emosinya di media sosial. Fakta bahwa Indonesia memiliki beberapa pengguna Internet yang paling kasar juga termasuk dalam jajak pendapat di seluruh dunia. Dari sini, kita benar-benar dapat memahami bahwa netizen Indonesia memiliki sedikit pengetahuan tentang keamanan privasi ruang digital.

Edukasi ini belum meluas, oleh sebab itu mahasiswa perlu memahami kebijakan privasi media sosial. Dari sudut pandang perempuan yang aktif mengajar kehumasan ini, akar permasalahannya terletak pada perilaku etisnya di media sosial. Orang tidak menyadari batas kesopanan dan rasa hormat terhadap orang lain. Misalnya, ambil tangkapan layar secara diam-diam saat berkomunikasi dengan orang lain melalui Internet.

“Ini adalah bagian dari etika yang melanggar privasi. Ini adalah catatan penting bagi semua orang, terutama para ahli di semua disiplin ilmu,” tegasnya. Pemuda adalah landasan strategis untuk mencerdaskan generasi literasi. Menurut Tri, kekerasan seksual di ruang digital juga berkontribusi pada minimnya literasi.

Tri tidak bisa lagi mengeluh dan setuju bahwa itu adalah tugas utama kita yang membutuhkan perhatian lebih untuk meningkatkan literasi digital. Dengan kemampuan literasi, generasi muda dapat memahami privasi orang dan tidak melanggar etika bermedia sosial. (akn)